BANTENCORNER.COM – Acara pengajian Habib Bahar di Kota Tangerang berubah jadi tragedi. Seorang jamaah bernama Rida menjadi korban pengeroyokan pengawal Habib Bahar hingga terkapar dan dilarikan ke RSUD Kabupaten Tangerang, Minggu (22/9/2025).
Insiden bermula usai pengajian berakhir. Rida yang hadir bersama istrinya hendak maju untuk bersalaman dengan Habib Bahar. Namun, langkahnya tiba-tiba dihentikan dengan tuduhan tak masuk akal.
Rida dituduh hendak “menyolok mata” Habib Bahar. Tanpa bukti, tuduhan ngawur itu langsung memicu amukan. Pengawal Habib bersama sejumlah orang menarik dan menghantam Rida habis-habisan.
Korban dihajar tanpa ampun. Pukulan dan tendangan bertubi-tubi membuatnya tersungkur tak berdaya di lokasi. Jamaah lain yang melihat pun tak bisa berbuat banyak.
“Saat mau salaman, suami saya dituduh macam-macam. Setelah itu langsung dipukuli ramai-ramai,” ungkap Fitri Yulita, istri korban, di rumah sakit.
Kekerasan itu membuat Rida mengalami luka serius. Tubuhnya penuh lebam dan kondisinya lemah. Ia langsung dilarikan ke RSUD Kabupaten Tangerang untuk mendapat perawatan intensif.
Lebih parah lagi, handphone dan motor milik korban disebut masih ditahan panitia pengajian. Dugaan sementara, korban sempat dibawa ke dalam ruangan sebelum akhirnya dievakuasi ke rumah sakit.
Laporan kejadian sudah dilayangkan ke Mapolres Kota Tangerang oleh pihak keluarga. Mereka didampingi LBH Ansor Banten menuntut agar aparat segera menindak para pelaku.
“Ini jelas tindak penganiayaan. Polisi harus segera menangkap pelakunya,” tegas Arkiyan perwakilan LBH Ansor Banten.
Hingga kini, pihak Habib Bahar belum memberikan klarifikasi. Para pengawal yang terlibat pengeroyokan juga masih bebas tanpa ada tindakan hukum yang nyata.
Peristiwa ini memicu kecaman keras. Publik menilai tindakan brutal pengawal Habib Bahar sebagai bukti arogansi dan main hakim sendiri dalam sebuah acara keagamaan.
Rida masih berjuang di rumah sakit, sementara keluarganya menanti keadilan. Kasus ini menjadi ujian serius: apakah aparat berani menindak pengawal Habib Bahar, atau justru membiarkan kekerasan berjubah agama terus berulang.







