Penulis: Andra Pragihayudo
Ketua umum HMI UNJ
Bantencorner– Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) memiliki sejarah yang kaya akan keikhlasan dan tanggung jawab dalam berkontribusi untuk kemaslahatan Indonesia.
Lafran Pane, pendiri HMI, menegaskan bahwa tujuan organisasi tersebut bukanlah untuk mencari keuntungan pribadi atas kemerdekaan bangsa, melainkan untuk mewariskan nilai-nilai keislaman yang bermanfaat bagi Indonesia.
Pernyataan Jenderal Sudirman tentang HMI sebagai penyatuan agama dan bangsa menjadi landasan kuat bagi organisasi ini, yang menjadikannya berbeda dengan konsep negara lainnya di dunia.
Kemerdekaan yang sejati memberikan kebebasan kepada manusia untuk menyampaikan pendapat dan berkreasi tanpa rasa takut.
Dalam konteks ini, HMI hadir sebagai upaya ikhtiar untuk mewujudkan kemerdekaan yang sejati, dengan menekankan pentingnya keikhlasan dalam bertindak.
HMI memandang bahwa setiap langkah perjuangan harus didasari oleh kehendak yang merdeka, tanpa terjerumus dalam fanatisme atau keterikatan pada senioritas.
Sebagai khalifah di muka bumi, manusia memiliki potensi besar yang harus diaktualisasikan. HMI menyadari pentingnya regenerasi dan pembinaan kader sebagai bagian dari proses perkaderan.
Namun, tantangan dalam perkaderan tidaklah sedikit, baik dari internal maupun eksternal organisasi. Kader HMI harus mampu menyeimbangkan antara tuntutan organisasi dan akademis untuk menjaga eksistensi organisasi dan kualitas pribadi.
Perkaderan dalam HMI tidak hanya berfokus pada pembinaan kepribadian dan intelektual kader, tetapi juga seharusnya mengarah pada pengabdian kepada masyarakat.
Hal ini menuntut HMI untuk melahirkan kader-kader yang mampu memberikan kontribusi positif dalam masyarakat, bukan hanya sebagai anggota organisasi yang eksklusif. Proses perkaderan juga harus memperhatikan individualitas dan potensi unik setiap kader untuk mencapai keberhasilan yang optimal.
Pengembangan kualitas kader dan harmonisasi organisasi menjadi kunci bagi HMI untuk terus berperan dalam pembangunan nasional.
Dengan mengutamakan budaya yang baik dan progressif, serta menumbuhkan nalar kritis dan jiwa militansi dalam setiap kader, HMI dapat menjaga keberlanjutan perkaderan dan memunculkan ide-ide inovatif untuk masa depan organisasi.
Dengan demikian, HMI akan tetap relevan dan mampu bersaing dalam dinamika kehidupan bermasyarakat.
Terdapat 7 Tahapan Konkrit agar HMI jakarta raya mampu untuk melakukan penguatan pengaderan dan jalannya pengaderan dapat memiliki kualitas serta kuantitas yang baik:
- Pembinaan Kader Terintegrasi
Menerapkan program pembinaan kader yang menyeluruh dan terintegrasi, meliputi pengembangan keterampilan kepemimpinan, sosial, serta pembinaan karakter dan nilai-nilai keorganisasian secara komprehensif.
- Penguatan Jaringan Alumni
Mengembangkan program yang memperkuat hubungan antara anggota aktif dan alumni HMI jakarta raya, sehingga dapat memberikan bimbingan, pengalaman, dan dukungan dalam pengembangan karier dan kepemimpinan organisasi.
- Kolaborasi dengan Pihak Eksternal
Membangun kemitraan strategis dengan institusi, organisasi, dan perusahaan di luar HMI jakarta raya untuk menyediakan kesempatan magang, pelatihan, dan proyek kolaboratif yang memperluas wawasan dan pengalaman anggota.
- Penggunaan Teknologi dan Media Sosial
Memanfaatkan teknologi informasi dan media sosial sebagai alat untuk meningkatkan komunikasi, kolaborasi, dan diseminasi informasi antar anggota, serta memperluas jangkauan dan pengaruh organisasi.
- Evaluasi dan Pemantauan Berkelanjutan
Melakukan evaluasi secara berkala terhadap efektivitas program pembinaan kader dan kinerja anggota, serta memantau perkembangan organisasi secara keseluruhan untuk menyesuaikan strategi dan kebijakan sesuai dengan kebutuhan dan perubahan yang terjadi.
Perkaderan menjadi elemen yang sangat penting dalam eksistensi suatu organisasi, karena kaderisasi dapat dianggap sebagai nadi yang memelihara kelangsungan organisasi dalam kehidupan masyarakat.
Di dalam konteks mahasiswa, peran kaderisasi dalam lingkup organisasi kemahasiswaan harus terus didorong agar menciptakan harmoni di dalam organisasi.
Untuk memastikan perkaderan yang berkelanjutan atau sustainable, langkah utama yang harus dilakukan adalah melakukan kajian-kajian untuk menjaga budaya yang baik dan progresif, yang merupakan kebutuhan bagi setiap kader.
Dimulai dari hal-hal kecil, kita dapat mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang dapat diterapkan dalam aktivitas organisatoris, serta mengasah nalar kritis dan menumbuhkan semangat militansi dalam setiap kader.
Setelah melakukan kajian-kajian ini, akan muncul ide-ide untuk masa depan organisasi yang lebih baik.